Munasabah Antar Surah Dalam Al-Qur’an: Akhir Surah Al-Waqi’ah Dengan Awal Surah Al-Hadid
Oleh: Mhd Rizky Abdillah Nasution
Program Studi Al-Akhwal Asy-Syakhsiyyah
Universitas PTIQ Jakarta
email : [email protected]
MUNASABAH merupakan salah satu cabang ilmu dari Ulumum Qur’an yang memiliki kedudukan yang penting dalam proses penafsiran ayat. Dengan mempelajarinya dapat memberikan kejelasan dan ketelitian dalam melihat hubungan antara ayat dengfan ayat, kalimat, surah, dan kandungan yang ada di dalamnya.
Dengan memperhatikan kaidah-kaidah dalam pengambilan munasabah seperti memperhatikan am, khas, aqli, hissi, sebab dan musabbab, persamaan dan pertentangan.. Namun munasabah bersifat ijtihad yaitu hanya dilakukan oleh para mufassir yang membidangi beberapa cabang ilmu. Proses munasabah harus memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan guna untuk memberikan pemahaman yang luas dan terperinci.
BACA JUGA: Rahasia Surat Al-Waqiah
PEMBAHASAN
Surat Al-Waqi’ah Ayat 96
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ
Artinya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.
Surat Al-Hadid Ayat 1
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Artinya: Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
PENJELASAN
Adapun yang menjadi hubungan dari kedua ayat di atas adalah pada akhir ayat yang terdapat dalam surah al-Waqiah berisi tentang perintah untuk bertasbih (Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Agung), lalu pada ayat pertama surah al-Hadid dijelaskan (Bertasbihlah kepada Allah semua yang berada di langit dan yang berada di bumi).
Hal ini dapat dilihat bahwa adanya keterkaitan dan kedekatan makna di antara keduanya. Di dalam surah al-waqiah sangat jelas bahwa Allah memerintahkan untuk bertasbih dan hanya menyebut nama-Nya. Dan selanjutnya jika dikaitkan pada surah al-Hadid bahwa Dia menjelaskan bahwa seluruh yang ada dilangit dan bumi bertasbih menyebut nama-Nya. Hal ini menyatakan kebesaran-Nya dan ke kokohan-Nya.
Menurut Imam Ibrahim ibn ‘Umar al-Biqa`I dalam karya monumentalnya, Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar bahwa kedua ayat tersebut saling terkait karena pada akhir surah Al-Waqi’ah terdapat redaksi fasabbih yang berarti “Maka bertasbihlah”.
Maksud dari tasbih dalam ayat ini berupa perintah terhadap manusia untuk selalu memuji, mengagungkan, dan mensucikan Allah Swt. dari segala hal yang dapat menyekutukan-Nya.
Penutup surah Al-Waqi’ah menegaskan bagi seluruh orang yang mengimani risalah kenabian Muhammad ﷺ. selain yakin akan kebenaran adanya hari kiamat, yang paling utama adalah bertasbih kepada Allah Swt. Yang Mahaagung.
Pembuka Surah Al-Hadid menggunakan redaksi sabbaha yang merupakan kata kerja masa lampau (fi’il madhi). Penggunaan kata kerja masa lampau karena hal tersebut bersifat tetap, kekal sepanjang masa.
Ayat ini turut serta menjelaskan konsekuensi dari pernyataan keimanan seseorang kepada Allah Swt. juga Rasul-Nya ﷺ. Yakni dengan mengingat, memuji, juga meninggikan asma Allah Swt. di setiap waktu. Dengan melakukan hal tersebut, maka akan diberikan ganjaran oleh Allah Swt. Jika mengingkari eksistensi-Nya, maka kekufuran manusia akan dibalas pula oleh Allah Taala (al-Biqa`i, Nazm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, Juz 19, hal. 248-252).
Muhammad Tahir ibn ‘Asyur dalam Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir berpendapat bahwa korelasi antara surah Al-Waqi`ah dengan surah Al-Hadid terkait pula dengan aspek keimanan. Jika seseorang telah mencapai tingkat keyakinan kepada Allah yang tinggi, maka ayat terakhir dari surah Al-Waqi’ah memerintahkan untuk senantiasa bertasbih dengan nama Allah Yang Mahaagung.
Surah berikutnya menjelaskan bahwa seluruh makhluk yang ada di alam raya bertabsih kepada-Nya. Tasbih memiliki makna berzikir atau mengingat asma`-Nya Yang Mahaluhur juga bertafakur atas segala ciptaan-Nya. Tapi yang paling utama adalah mensucikan Allah Swt. dari segala sesuatu yang dapat mengotori-Nya.
Ulama besar Tunisia tersebut menjelaskan pula mengenai tujuan adanya masing-masing Surah. Surah Al-Waqi’ah menurutnya menjelaskan mengenai perkara yang wajib diimani oleh setiap muslim, yakni eksistensi hari kiamat. Surah selanjutnya juga menjelaskan keimanan kepada Allah Swt. dan Rasulullah ﷺ.
Dijelaskan pula mengenai fungsi ciptaan Allah Swt. yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti besi. Namun, yang paling pokok dari hubungan kedua surah ini adalah keimanan beserta konsekuensinya bagi orang yang mempercayai keesaan Allah (Ibn ‘Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 27, hal. 351-358).
Surah Al Waqiah adalah surah yang paling sering dibaca Rasulullah ﷺ. Untuk itu, surah ini disebut sebagai salah satu surah yang membuat Rasulullah ﷺ beruban. Hal ini diterangkan dalam riwayat dari Ibnu Abbas RA, ia berkata bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq RA berkata kepada Nabi ﷺ:, “Wahai Rasulullah, engkau telah beruban.”
BACA JUGA: 7 Fakta dalam Al-Quran yang Mengagumkan!
Kemudian beliau berkata, “Aku beruban karena surat Hud, al-Waqiah, al-Mursalat, an-Naba’, dan at-Takwir.
Dalam kitab Tsawabul A’mal disebutkan Abi Abdullah berkata, “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Hadid, dan Al-Mujadilah di dalam salat fardhu (secara) terus-menerus, maka Allah tidak akan mengazabnya hingga meninggal selamanya, dan tidak melihat keburukan di dalam pada dirinya untuk selamanya, tidak tertentunya hanya pada badannya.”
Sedangkan dalam Tafsirul Burhan dinyatakan Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat ini (Surat Al-Hadid), maka Allah berhak menyelamatkan ia dari siksa, memberinya kenikmatan di dalam surga-Nya. Dan barangsiapa membaca terus-menerus, atau istikamah, sedangkan ia berada di dalam belenggu, atau dipenjara, maka Allah akan memudahkannya keluar, meskipun melakukan suatu kejahatan. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: [email protected], dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.